Title : Yuto's Riddle
Cast : Nakajima Yuto, adiknya dan lelaki
berbaju hitam serta para member HSJ lainnya. Tapi kebanyakan HSJ 7 sie yang
muncul. Hehehee
Genre : detektif
Start~
Hari yang cerah, membuat hati seorang laki-laki bernama Nakajima Yuto tenang. Burung-burung berkicau dan matahari
menyinari terang kamar yang ia tempati, membuatnya terbangun dengan sendirinya
dari tidur lelapnya. Jam kamarnya menunjukkan pukul 08.00 AM.
“benar juga. Yama-chan menyuruhku untuk
datang ke rumahnya hari ini” pikirnya.
Segera saja ia berpakaian rapi dan berlari
menuju rumah Yamada yang berjarak cukup jauh dari rumahnya. Namun, setibanya
disana ia tak menemukan siapapun. Yang ada hanyalah adiknya, Raiya, yang entah
mengapa tengah membersihkan rumah Yamada.
“Raiya? Mengapa kamu ada disini? Dimana
Yama-chan?” tanya Yuto, kebingungan.
Ia menghentikan kegiatannya sebentar,
“sejak kemarin Yamada-niichan pergi keluar. Yamada-niichan memintaku untuk
menjaga rumahnya selagi ia pergi” balasnya dengan wajah polos. Yuto mengangguk-angguk
saja.
“oh iya” Raiya merogoh saku celananya,
“Yamada-niichan menitipkan ini padaku. Katanya berikan surat ini kalau nii-san
datang” diberikannya secarik kertas pada kakaknya yang bertuliskan sebuah pesan
aneh.
Kami pergi sebentar. Di depan
matahari, 50 : 10 kali
Alis Yuto terangkat sebelah. Bingung,
“Raiya...apakah kamu tahu apa maksud dari...”
Kata-katanya terhenti. Sesaat, ia menatap
nanar ke depan, tak percaya dengan apa yang ia lihat. Adiknya, Raiya, telah
jatuh tergeletak di atas lantai dengan tubuh bersimbah darah segar.
“RAIYA!!!” Yuto bergerak maju, merangkul
adiknya yang terbaring tak berdaya.
“uukh...nii-san...” suara adiknya
terdengar, terbata-bata. Yuto nampak lega dan tersenyum cemas.
“tenang saja...aku akan segera membawamu
ke rumah sakit!” hibur kakaknya dan beranjak akan pergi.
“tidak usah...nii-san. Itu tidak perlu...”
rintih adiknya, amat pelan. Yuto langsung menghentikan gerakannya, “nii-san...Yamada-niichan berkata…untuk…carilah
arti pada surat itu...ukh...” ia merintih sekali lagi, “tolong ya…nii-san”
Hanya itu kata-kata yang berhasil
diucapkan adiknya. Sebentar saja, ia jatuh, tak bergerak. Meninggalkan kakaknya
yang menatap kejadian yang terjadi dalam sekejab mata itu dengan pandangan tak
percaya. Tak sadar, air mata Yuto langsung mengalir deras. Diletakkannya tubuh
adiknya yang sudah terbujur kaku itu, berjalan keluar dari rumah Yamada dan
menutup pintunya. Ia tak sanggup melihat keadaan adiknya.
”pasti, Raiya! Aku pasti akan mencari arti
dari surat ini!” gumamnya.
Ditatapnya secarik kertas dari Yamada itu
dan dibaca ulang, “di depan matahari...50 : 10 kali” pikirnya, “matahari terbit
di arah timur...berarti di depan matahari adalah barat. 50 : 10 = 5. Apa
maksudnya adalah 5 langkah ke arah barat?”
Dialihkannya pandangannya ke arah barat
rumah Yamada. Walau agak ragu, dicobanya saja. Ia melangkah dari tempatnya ke
arah barat 5 langkah. Tepat setelah ia berhenti, sebuah gundukan tanah yang
masih baru terlihat jelas olehnya.
“Hn? Apa Yama-chan mengubur sesuatu
disini?” pikir Yuto. Karena sudah penasaran, langsung saja ia menggali ulang
gundukan tanah itu dengan tangannya, membuat seluruh tangannya kotor diselimuti
lumpur. Begitu mencapai batasnya, terlihat sebuah kotak kecil seukuran kotak
cincin berwarna merah kecoklatan akibat tertimbun tanah. Begitu ia buka kotak
itu, nampak secarik kertas yang digulung hingga setipis lidi. Disana juga
tertulis sebuah pesan singkat.
Gagak hitam berputar-putar
menunggu mangsa. Datang menghampiri
Lagi. Ia tak tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Tapi yang pastinya, kode ini mengarah ke akhir misteri. Dimana ia akan
menemukan arti dari kematian adiknya dan mengapa Yamada menghilang. Ia
berjalan-jalan, menjauh dari rumah Yamada menuju tempat yang lebih ramai. Namun
ia tak menemukan apapun disana. Yang ada hanyalah beberapa orang yang lalu
lalang melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Tapi yang menarik perhatiannya
adalah lelaki tua yang mengenakan baju serba hitam serta membawa koper besar
yang juga berwarna hitam.
“gagak hitam...” pikirnya lagi, “kalau
tidak salah Keito pernah memberitahuku bahwa di Amerika, CIA disamakan dengan
gagak hitam karena dari cara kerja dan taktik mereka menyelesaikan tugas secara
misterius. Apa orang itu CIA?” terka Yuto, asal.
Tapi setidaknya ia mencoba dulu bertanya
padanya. Segera Yuto berlari, menghampiri lelaki yang masih berdiri sambil
memperhatikan jam tangannya itu. Namun...
DOR
Dalam sekejab mata, lelaki itu jatuh
dengan banyaknya cairan merah mengalir keluar dari dada sebelah kirinya. Tubuh
Yuto seketika bergetar. Ia langsung mengalihkan pandangannya, menatap seseorang
yang berdiri tak jauh darinya dengan moncong pistol terarah ke depan. Dan yang
paling mengejutkan adalah ia mengenal siapa pemegang pistol itu. Tak lain dan
tak bukan adalah sahabatnya sendiri. Yamada Ryousuke!
“Y...Yama-chan!”
Tapi belum sempat ia menghentikannya,
Yamada sudah berlari pergi meninggalkannya. Ia hanya bisa terdiam, tak dapat
berbuat apa-apa. Dipandanginya koper hitam yang masih dipegang lelaki berbaju
hitam itu. Entah mengapa rasa penyesalan muncul di dalam dirinya. Tapi cepat
saja, ia mengambil koper itu dan membukanya. Disana, tertempel secarik kertas
yang juga bertuliskan sebuah pesan aneh.
Kerumunan orang. Menjulang
tinggi dengan warna merahnya yang gagah
Satu lagi pesan aneh. Ditariknya kertas
itu dan diremasnya kuat-kuat, “Yama-chan...ada apa denganmu?”
#
Di dalam bus, ia masih sibuk memikirkan
pesan aneh itu. Tapi, walau sudah berkali-kali ia memikirkannya, ia tetap tak
mengerti. Hembusan napas terdengar jelas, keluar dari mulutnya. Pandangannya
menatap kosong keluar jendela, menatap lautan gedung-gedung tinggi nan mewah.
Di tengah-tengah bangunan itu, berdirilah Tokyo Tower.
“sungguh indah Tokyo Tower itu…” pujinya,
pelan. Seharusnya siapapun yang melihat pemandangan indah itu akan terkagum dan
perasaan akan berubah tenang. Tapi tidak baginya. Ia malah tersentak kaget,
seakan-akan teringat sesuatu.
“Tokyo Tower! Itu dia! Pak supir, hentikan
mobilnya…segera!” teriak Yuto, keras. Mendengar perintah Yuto yang tiba-tiba
itu, langsung saja ia menginjak rem. Yuto berlari keluar bus, menuju Tokyo
Tower yang jauh dari pandangannya.
“menurut pesan itu, “menjulang tinggi”
menunjukkan sebuah bangunan. “dengan warna merahnya yang gagah” artinya sebuah
bangunan berwarna merah . Di Tokyo, satu-satunya bangunan berwarna merah yang
dikunjungi banyak orang hanyalah Tokyo Tower!”
Seperti yang ia duga, begitu sampai disana
banyak sekali orang yang lalu lalang dibawah Tokyo Tower. Dan entah mengapa, ia
melihat Morimoto Ryutaro tengah membagikan selebaran disana.
“Ryu!” panggil Yuto, sambil berteriak. Dan
itu berhasil mengalihkan perhatian Ryutaro dari “kerja sambilan”-nya itu, “apa yang kau lakukan disini?”
“oh...hai Yuto-kun!” sapa Ryutaro dari kejauhan,
dengan senyum lebar mengembang di wajahnya. Segera saja, Ryutaro berlari menghampiri
temannya itu, “Yama-chan
memintaku untuk menggantikannya kerja sambilan. Oh ya...ambillah
brosur ini” tawar Ryutaro, “Yama-chan
menitipkannya padaku” sarannya.
Mendengar
itu, Yuto agak terkejut,
“Yama-chan?” dan cepat, ia langsung mengambil salah satu brosur
itu. Hanya brosur biasa, yang menawarkan restoran yang baru buka. Tapi tulisan
di bawah brosur itu yang menarik perhatiannya. Disana tertulis “balik kertas”.
Tanpa disuruh dua kalipun, ia memutar balik kertas itu. Ada sebuah pesan
tertulis disana.
Hujan turun. Menghampiri orang
berbaju biru
Mata Yuto membelalak kaget. Pesan lainnya!
Melihat ekspresi Yuto yang tiba-tiba berubah kaget itu, Ryutaro jadi penasaran.
“hei, Yuto-kun. Apa yang kamu…ugh!”
kata-katanya sesaat terhenti. Wajahnya langsung berubah pucat. Yuto yang
awalnya ingin bertanya pada Ryutaro mengenai brosur ini, membatalkan niatnya.
Ia menatap Ryutaro, shock. Tubuhnya kembali bergetar.
Ryutaro mencoba melihat dari balik
bahunya, seseorang yang menempel tepat di belakang punggungnya. Yamada
Ryousuke. Dengan tatapan yang menusuk dan senyum menyeringai, kedua tangannya
memegang erat pisau dapur yang tertancap dengan dalamnya di punggung bagian
bawah Ryutaro.
“R...RYUTARO!”
Bersamaan dengan itu, Yamada menarik paksa
pisau dapur yang tertancap itu, membuat darah segar keluar dengan derasnya dari
punggung Ryutaro. Yamada langsung berlari pegi, menyusup di antara kerumunan
orang banyak dan Ryutaro langsung jatuh tak berdaya dengan disekelilingnya
orang-orang yang berteriak histeris melihat kejadian sekejab itu.
“Ryu...Ryutaro...” Yuto berlari
menghampirinya dan mengguncang-guncang tubuh Ryutaro sekuat mungkin, mencoba
menyadarkannya. Namun tak ada reaksi. Air matanya kembali mengalir, tapi segera
ia memalingkan wajahnya, berusaha bersikap tegar. Sementara polisi sekitar
berusaha menolong, dibantu beberapa pengunjung lainnya, Yuto berlari pergi
meninggalkan kerumunan dengan air mata yang terus mengalir deras.
#
Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak
gatal. Bingung dengan pesan itu, “disini tertulis hujan. Tapi jelas-jelas hari
ini sedang cerah” gumamnya.
“dan lelaki “berbaju biru” ini...”
pandangannya berkeliling, melihat kerumunan orang disekelilingnya, “tapi hari
ini banyak sekali yang memakai baju biru!”
Dengusan napas kesal terdengar jelas.
Pandangannya terus menatap ke setiap bangunan yang menjulang tinggi di
sekitarnya. Disekitar tempat ia berdiri, ada banyak mall disana. Salah satunya
mall dengan tv yang menunjukkan hari dan tanggal berapa serta keadaan cuaca
hari ini. Melihat itu, ia diam sebentar dan berpikir. Tapi begitu menyadarinya,
ia berseru.
“benar juga! Ramalan cuaca!” teriaknya,
“beberapa hari yang lalu, hujan terus mengguyur kota Tokyo. Dan tv pada mall
ini menunjukkan keadaan cuaca pada hari-hari itu!”
“berarti pesan ini mengarah pada mall
disana!” ia mengarahkan telunjuknya pada mall mewah yang berdiri tepat di
depannya. Dan kebetulan, jari telunjuknya menunjukkan ke arah seorang lelaki
berbaju biru yang ia kenal. Chinen Yuri.
“oh...” sepertinya Chinen menyadari
keberadaan Yuto, “Yuto-kun...konichiwa!” sapanya dengan nada bicara yang ceria.
Ia berlari-lari kecil menghampiri Yuto dan berbicara dengannya sambil melompat-lompat
layaknya kelinci, “akhirnya kamu datang juga! Aku bosan menunggumu yang lama
sekali datang!” serunya. Yuto tampak bingung mendengarnya. Seingatnya ia tak
punya janji apapun untuk bertemu dengan Chinen hari ini.
“Yama-chan menitipkan ini padaku!” ucapnya, sambil
memberikan secarik kertas dibungkus plastik pada Yuto, “ia bilang berikan ini
kalau Yuto-kun datang, tapi ia memaksaku untuk tetap diam disini! Yama-chan memang aneh, ya?!”
Melihat kertas itu, alis Yuto terangkat. Ia
mengambil kertas itu dan juga menarik Chinen ke sampingnya, “kamu tak boleh
jauh-jauh dariku ya! Mengerti?” perintah Yuto, tegas. Walau chinen nampak
bingung, ia mengangguk saja. Mereka berdua sama-sama membaca surat yang
dititipkan Yamada itu.
Teriakan menggema. Bintang
pertama muncul dengan indahnya di langit siang
“bintang di langit siang?” serempak mereka
saling pandang.
“apa sekarang bintang bisa muncul di siang
hari ya?” tanya Chinen, polos.
“tentu saja...tidak!”
CREB
Chinen langsung terkejut. Sementara Yuto
bereaksi mendengar jawaban dari suara
yang ia kenal itu. Seperti yang ia duga, begitu ia menoleh ia mendapati
Yamada tengah berdiri dengan gagahnya dan senyum seringai di wajahnya. Di
tangannya, terdapat sebuah buket mawar merah besar. Tentu saja kali ini ia
ingin menghentikan Yamada, tapi...
“Ukh...Yuto-kun...” suara rintihan Chinen
terdengar di telinganya. Ia jatuh, sambil memegang kaki sebelah kirinya.
“Chinen, ada ap...” tapi pertanyaannya itu
segera terjawab melihat sesuatu pada kaki kiri Chinen.
Sebuah mawar merah tertancap dalam di kaki
bawahnya. Itu panah beracun! Yamada tersenyum menyeramkan, “racun itu akan
menyebar ke seluruh tubuhnya dalam sepersekian detik. Ia tak akan selamat!” dan
sesaat ia berjalan dengan tenangnya meninggalkan Yuto yang berusaha menolong
Chinen.
Dengan napas tersenggal-senggal, ia
berbicara sepotong-sepotong pada Yuto, “Y...Yuto-kun...kamu harus memecahkan
pesan itu...ukh...” Chinen terbaring di atas tanah, “dan…mengapa Yama-chan…melakukan ini”
“C...Chi...” Yuto masih memegang Chinen,
namun ia sudah tak bergerak lagi. Tak berbicara lagi. Kembali ia sedih. Ia
kesal. Ia kesal tak dapat melindungi teman-temannya.
“akan kuselesaikan!” tekadnya, “akan
kuselesaikan misteri ini dan menghentikan Yama-chan!”
#
Ia memandang peta kota Tokyo dengan
bingung. Tak ada tempat yang berhubungan dengan pesan itu. Ia sudah mencari
selama berjam-jam tapi tetap tak ketemu juga. Kini jam sudah menunjukkan pukul
04.45 PM. Ia harus cepat! Selagi ia masih bingung memikirkan hal itu, sepasang
kekasih lewat di depannya.
“hari ini aku mau pergi ke taman! Kita
bisa menikmati udara yang segar disana!” pinta seorang perempuan pada pacarnya,
dengan nada manja.
“baiklah...baiklah...” balas pacarnya itu,
tersenyum.
Sementara mereka masih asyik
berbincang-bincang, Yuto terdiam mendengarnya. Ia rasa ia mengingat sesuatu
sesaat emndengar pembicaraan singkat tersebut. Dan akhirnya ia menyadari apa
yang membuatnya bingung.
“Benar juga! Disanalah tempatnya!”
Ia sampai di taman bermain “Tropical Land”
yang dipenuhi pengunjung. Bertepatan dengan kedatangannya, pesta kembang api
tengah diadakan. Yuto tersenyum puas memandangnya, “taman bermain “Tropical
Land” ini akan mengadakan pesta kembang api di tiap-tiap jam tertentu. Jadi ini
maksudnya dengan “bintang di langit siang” itu, ya...” pikirnya.
Ya...tapi sebaiknya ia jangan terlalu
keasyikan menonton pesta kembang api itu. Ia harus menyelesaikan misteri yang
menyelimuti dirinya ini. Segera ia memandang sekeliling, mencoba mencari
petunjuk. Tapi yang ia dapat adalah seorang kakek tua melambai-lambai ke
arahnya dari balik kios yang sepi pengunjung. Sepertinya ia meminta Yuto untuk
bermain di tempatnya. Dan benar apa yang ia duga.
“ayolah...coba main “lempar bola kaleng”
ini…” pintanya, “kalau kamu berhasil menjatuhkan seluruh kaleng itu, kamu akan
mendapat hadiah...”
Sebenarnya Yuto ingin menolak, tapi ia
kasihan juga. Mau tak mau, ia terima saja tawaran itu. Dan sepertinya hari ini
ia sedang bernasib baik dalam permainan ini. Ia berhasil menjatuhkan seluruh
kaleng yang ada, tanpa ia duga-duga. Sebagai hadiahnya, ia mendapatkan boneka
teddy bear berwarna coklat yang sangat besar. Ia sama sekali tak
membutuhkannya, namun pandangannya menatap pada sesuatu yang berada di kantung
teddy bear itu. Secarik kertas. Diambilnya dengan rasa penasaran kertas mungil
itu. Di kertas itu, tertulis pesan yang sejak tadi ia cari.
Amerika + Nyamuk. Tempat
tertinggi disana
“i...ini...” cepat ia kembali menatap ke
depan, ingin bertanya mengenai kertas itu. Namun kakek tua tadi sudah tak ada.
Hilang seperti asap. Tentu saja Yuto kebingungan, namun segera ia melupakannya.
Ia harus memecahkan kode itu agar ia dapat menghentikan semua kejadian aneh
ini. Begitu keluar dari taman bermain, ia langsung melihat pada peta kota Tokyo
itu sekali lagi.
“Amerika...Nyamuk...” gumamnya, “dalam
bahasa inggris Amerika adalah “America” dan nyamuk adalah “mosquito”...tapi apa
hubungannya dengan kota Tokyo?”
Ia kembali mencoba. Pandangannya
berkeliling ke tiap sudut peta, mencoba mencari kesamaan Amerika dan nyamuk
dengan kota-kota pada Tokyo. Tapi entah mengapa pandangannya berhenti pada kota
bertuliskan “Beika”.
“Beika?” lama ia pikirnya. Hingga akhirnya
ia menyadari apa itu, “ya! Beika!”
“bahasa Jepang Amerika adalah “Bei” dan
nyamuk adalah “Ka”. Tanda tambah ditegah-tengah kata ini dimaksudkan untuk
menggabungkan kedua kata itu. Dan jadilah Beika!”
“lalu pada kata “tempat tertinggi disana”,
sebuah bangunan tertinggi di kota Beika...” gumamnya lagi. Jari telunjuknya
mengarah pada salah satu nama, “hotel Beika City!”
#
Ia melangkah turun dari dalam taksi,
menatap tingginya hotel itu dari bawah. Sekarang ia akan masuk, mencari
petunjuk mengenai Yamada disana. Tapi sesaat, sebuah suara menghentikan langkahnya.
“oh...Yuto-kun!”
Pandangannya langsung teralih, menatap
seseorang yang berjalan perlahan menghampirinya dengan menyunggingkan senyuman
tipis yang khas. Okamoto Keito.
“Keito-kun? Apa yang kamu lakukan disini?”
tanya Yuto, sedikit terkejut dengan kedatangannya.
“I have an appointment with my friend
here. Aku punya janji dengan temanku disini” balasnya, menggunakan campuran
bahasa Inggris yang fasih dan logat Jepang yang khas, “kamu sendiri sedang apa
disini?”
“eee…aku…” Yuto terdiam sebentar, “aku
hanya jalan-jalan saja…” ia berusaha mengelak, tak ingin Keito tahu masalah
yang sebenarnya terjadi. Namun wajah Yuto yang pucat membuat Keito penasaran.
“apa kamu punya masalah?” tanya-nya
langsung, “wajahmu nampak pucat”. Yuto sedikit terkejut, kembali ia diam. Tapi
kalau dipikir-pikir, ada baiknya ia memberitahu Keito.
“Keito...aku...” ia mencoba meyakinkan
Keito dengan menatapnya. Namun kata-katanya langsung terhenti begitu melihat
seseorang tepat di belakang punggung Keito sambil membawa pedang katana panjang
“K...Keito...AWAS!!!”
Tapi sepertinya peringatan itu terlambat.
Keito bahkan tak sempat menoleh. Cepat namun pasti, pedang katana itu menebas
punggung Keito dua kali, memberi luka berbentuk X disana. Serangan tiba-tiba
itu malah tak dapat membuat Keito bereaksi sedikitpun. Wajahnya saja yang
langsung memucat dan darah segar mengalir keluar dari luka besar yang menganga
itu. Begitu ia terjatuh, barulah Yuto melihat siapa yang melakukan itu pada
Keito. Dia adalah orang yang sejak tadi ia cari. Yamada Ryousuke.
Langsung saja, Yamada berlari memasuki
hotel Beika lewat pintu belakang. Tapi Yuto tak mengejarnya. Ia tak punya
waktu! Ia harus menyelamatkan Keito selagi bisa.
“K...Keito-kun...” Yuto menghampiri Keito
dengan wajah pucat.
“aku tak menyangka...akan begini
akhirnya...” rintih Keito sambil tersenyum tipis. Sepertinya sudah tak ada
waktu lagi membawa Keito ke rumah sakit. Darahnya terlalu banyak keluar.
Gemetar, Keito menggenggam tangan Yuto, “Yuto-kun...tolong cari tahu…mengapa Yama-chan melakukan ini
semua…ya?”
Sebentar saja, genggaman tangannya melemah
dan kian melemah. Yuto hanya dapat menggigit bibirnya. Bahkan Keito juga. Ia
tak dapat melindungi teman-temannya. Ia benar-benar payah! Ditatapnya sebentar
kertas kecil yang diberikan Keito pada saat-saat terakhirnya tadi.
55 - 27
Sepertinya ini adalah kode terakhir yang
ada. Ia yakin, Yamada pasti ada di dalam sana.
“Aku harus menyelesaikan ini semua!
Sebelum jatuh korban lebih banyak lagi!”
#
Ia berjalan-jalan sambil memandang
kesekeliling. Jam menunjukkan pukul 22.05 PM. Sudah larut malam. Kini ia sedang
berada di area parkir mobil bawah tanah hotel beika City, “55 - 27= 28...”
gumamya, “saat aku bertanya pada receptionist tadi, mereka hanya meminjamkan
loket penitipan sampai angka 25 dan kamar nomor 28 belum ditempati...berarti
yang tersisa hanyalah tempat parkir ini...”
Tak membutuhkan waktu lama, ia menemukan
tempat parkir bernomorkan 28. Tapi sepertinya ada sesuatu yang aneh pada angka
itu. Di sebelah angka 8, ada bekas angka 0 yang dibuat menggunakan kapur dan
dihapus kembali, “280? Jangan-jangan...” ia menerka-nerka, “angka 280 ini
menunjukkan kamar 280! Dan ada kemungkinan Yamada berada di sana!”
Segera saja ia berlari, menaiki lift dan
pergi menuju lantai 15, dimana kamar 280 berada. Tak sampai 5 menit, ia sudah
sampai di lantai 15. dan bertepatan dengan itu, ia melihat Yamada tengah
memasuki kamar 280. Yuto tersenyum puas dengan wajah yang nampak amat
kelelahan.
“akhirnya kutemukan!”
Ia berjalan, berjingkat-jingkat
menghampiri kamar itu. Dibukanya pintu kamar dengan perlahan, namun ia tak
dapat melihat apapun karena lampu kamar dimatikan. Tanpa pikir panjang lagi, ia
berjalan masuk ke dalam kamar itu dan...
BRAK
Pintu di belakangnya langsung tertutup.
Belum sempat Yuto menoleh, seseorang menahan gerakannya dengan pisau berlumuran
darah yang berada tepat di depan leher Yuto. Wajah Yamada yang dingin dan
menyeramkan nampak di samping wajahnya.
“kamu punya nyali yang cukup besar sampai
bisa sejauh ini...” ujarnya, dengan nada menusuk. Yuto tak dapat berkutik.
“tenang Yama-chan...jangan
terburu-buru...” Sebuah suara terdengar dari balik kegelapan. Yamada langsung
menghentikan gerakannya, “bagaimana kalau kita beri dia sambutan “selamat
datang” terlebih dahulu?” suara itu kembali terdengar. Awalnya Yuto tak yakin,
tapi begitu mendengarnya untuk kedua kalinya, kini ia menyadari bahwa ia
mengenal suara itu.
Perlahan, orang yang berbicara pada Yamada
tadi berjalan maju, muncul tepat di hadapannya dari balik kegelapan. Orang yang
selama ini ia kagumi dan ia patuhi. Johnny Kitagawa. Terlalu shock, membuatnya
tak dapat berkata-kata selain menatap ke depan dengan pandangan tak percaya.
Tapi sepertinya lelaki itu nampak biasa saja menghadapi reaksi Yuto yang tak
diduga-duga itu. Senyum seringai terpajang di wajahnya.
“wajahmu tak usah seperti itu,
Yuto-kun...” ujarnya, pelan. Diangkatnya tangan kanannya, mengarahkan moncong
pistol ke hadapan wajah Yuto. Wajahnya lebih menakutkan dibanding tadi, “nah
sekarang...bagaimana kalau kita mulai saja sambutan “selamat datang”-nya?”
tanya-nya, seakan-akan memberi pilihan. Pelatuk pistol sudah akan ditarik. Yuto
pasrah saja dan hanya dapat menutup mata kuat-kuat. Setidaknya, ia akan
menyusul adiknya dan semua teman-temannya disana.
DOR
Ia yakin. Ia yakin. Ia yakin kalau pistol
sudah ditembakkan. Namun ia tak merasakan apapun. Ia tak merasakan sakit
ataupun yang lainnya. Begitu ia membuka matanya, Jhonny Kitagawa masih
mengarahakn moncong pistol di hadapannya. Tapi bukannya peluru besi yang keluar
dari pistol itu, melainkan sebuah kertas bertuliskan “Happy Birthday”.
Seketika lampu kamar itu menyala, terang
benderang. Pinata besar yang tergantung di atas kepala Yuto pecah, menjatuhkan
beribu-ribu kertas kecil warna-warni. Terlihat hiasan pesta dengan balon
warna-warni terpasang di setiap sudut. Semua kakak seniornya, teman-temannya
bahkan adiknya dan lelaki asing berbaju hitam-hitam tadi berada di satu kamar
itu, mengelilingi sebuah kue tart besar 2 tingkat bertuliskan “Happy Birthday Nakajima
Yuto”.
“KEJUTAN!!!” mereka bersorak gembira.
Yamada hanya tersneyum dan melepaskan pegangan tangannya dari Yuto yang
terbengong-bengong dengan ini semua. Mulutnya ternganga lebar, tak percaya
dengan apa yang dilihatnya.
“SELAMAT ULANG TAHUN YUTO-KUN!!!” seru
mereka semua, kompak.
“eh?
Ulang tahun?” bengong sesaat, sebelum akhirnya ia sadar. Benar juga, ini hari
ulang tahunnya!. Tapi tunggu dulu. Ada hal yang lebih penting dari itu, “Raiya?
Ryutaro? Chinen? Keito? Bahkan lelaki berbaju hitam itu...bukankah kalian...”
Yuto tak dapat melanjutkan kata-katanya.
“maaf, nii-san...semuanya hanya drama
kecil saja!” balas adiknya, sambil menjulurkan lidah.
“Chinen Yuri-sama yang memintaku untuk berpartisipasi
dalam drama ini...” jelas lelaki berbaju serba hitam itu sambil tersenyum
tipis. Yuto masih saja terbengong.
“papa Johnny yang merancang ini semua!”
jelas Chinen pada Yuto yang kebingungan itu, “awalnya Daiki menawarkan untuk
pesta ulang tahun biasa saja, tapi ide yang satu ini lebih diminati semua
orang. Dan kami memilih Yama-chan untuk berperan menjadi penjahat Karena ia
lebih berbakat memerankannya dibandingkan kami” ucapnya sambil memandang Yamada
yang tersenyum puas.
“kami meminta orang-orang disekitar yang
bersangkutan untuk bekerja sama” jelas Keito, melanjutkan, “mereka sudah tahu
bahwa semua itu hanyalah sebuah drama dan sebisa mungkin untuk mengikutinya
dengan lancar dari awal sampai akhir”
“bahkan seluruh orang yang ada di Tokyo
Tower?” tanya Yuto, masih tak percaya. Mereka mengangguk dan tersenyum tanpa
dosa. Yuto menggeleng-geleng kepalanya, dan mencoba mengingat semua yang
terjadi.
“a...aku benar-benar ketakutan...”
tuturnya, “a...aku benar-benar takut kalau ternyata kalian semua memang sudah
mati. T...tapi...tapi...tapi...”
“sudahlah Yuto-kun...jangan dipikirkan
lagi...” hibur papa Johnny sambil merangkul pundak Yuto, “setidaknya semua
berakhir baik dan tak terjadi apapun bukan?”
“ya! Ayo kita rayakan pestanya!” seru
Hikaru, kegirangan.
Mereka mulai berpesta, tanpa menunggu
persetujuan dari tuan rumahnya dulu. Yuto masih saja terbengong dengan semua
kejadian yang menimpanya ini. Bingung. Namun perlahan, Yamada menghampiri Yuto
dan menepuk pundaknya. Dilihatnya Yamada tersenyum tipis, seakan-akan memberi
perintah untuk menikmati hari ini. Ia berjalan meninggalkan Yuto, memasuki
kerumunan orang yang sedang berpesta itu.
Yuto masih sempat terdiam, namun tak lama
ia tersenyum. Ya. Sebaiknya ia menikmati hari bersejarahnya ini. Daripada ia
terlambat. Karena ia tak akan pernah tahu, mungkin suatu hari nanti apa yang ia
alami hari ini benar-benar akan terjadi di kemudian hari.
DOR
“YUTO-KUN!!!”
Trick in Yuto's Riddle
Rata-rata
mereka semua menggunakan kantung berisi cairan merah
Raiya
: saat Yuto lengah, ia menumpahkan cairan merah ke lantai dan berbaring diatas
cairan tersebut.
Lelaki
berbaju hitam : sebenarnya Yamada menembak dengan peluru kosong. Bersamaan dengan
bunyi tembakan yang terdengar, lelaki itu memecahkan kantung berisi cairan
merah yang disembunyikan di balik jas pada dada bagian kirinya.
Ryutaro
: setelah menggunakan baju anti peluru, Ryutaro meletakkan kantung berisi
cairan merah di punggung bagian bawah, tempat dimana Yamada akan menusuknya
nanti. Baju anti peluru digunakan untuk menahan Yamada agar tak menusuk Ryutaro
terlalu dalam.
Chinen
: sebenarnya Chinen hanya menempelkan mawar di kaki sebelah kirinya. Dengan
timing yang tepat, Chinen berpura-pura seakan-akan Yamada melempar panah
beracun berbentuk bunga mawar pada saat itu.
Keito
: sama seperti Ryutaro, setelah mengenakan baju anti peluru, Keito meletakkan
bantal air tipis selebar tubuhnya berisi cairan merah di belakang punggungnya.