Rabu, 07 November 2012


Refresing sebentar ya? Ini fanfic saya yang pertama nih. Jadi maaf-maaf saja ya kalau masih mengecewakan dan sebagainya. Yaah…namanya juga baru pemula. Huehehe XD

Judul                     : Pilihan terbaik
Genre                   : Persahabatan
Character            : Minato Arisato (Persona 3), Yu Narukami (Persona 4)

PILIHAN TERBAIK

Hari itu begitu cerah. Burung-burung kecil berkicau mengiringi angin sepoi-sepoi yang berhembus dengan lembutnya. Awan-awan bergerak pelan bak kura-kura, menyelimuti kota yang ramai dengan aktivitasnya masing-masing. Di depan sebuah rumah sakit yang terasa sepi, seorang anak laki-laki—berumur 10 tahun dengan perban putih di dahinya—sedang duduk terdiam sambil menggambar di atas pasir menggunakan ranting pohon yang ditemukannya. Ia nampak sangat kesepian.

“hai! Kamu sedang menggambar apa?”

Perhatiannya sesaat tersita begitu sebuah suara terdengar. Ia menatap anak laki-laki—mungkin seumur lebih mudah darinya itu—yang telah memberanikan diri untuk menghampirinya.

“orang tuaku” jawabnya, “aku sedang menggambar orang tuaku”

“hee…begitu ya?” ia duduk dan memperhatikan anak laki-laki yang kembali asyik menggambar itu,”lalu…dimana orang tuamu?”

Goresan panjang kembali terbentuk di atas pasir. Begitu kasar sehingga terbekas sampai ke dalam, “mereka…sudah tiada”

Jawaban yang singkat itu benar-benar membalikkan keadaan 180 derajat. Suasana berubah menjadi sangat sunyi. Tentu saja ia merasa sangat bersalah dengan pertanyaannya yang lancang itu, “m…maafkan aku”

“tidak apa-apa” kembali ia menggambar, “lagipula aku memang ingin melupakan mereka”

Kali ini, dipasatinya benar-benar gambar yang sedang dibuat oleh anak laki-laki itu. Kini ia sadar, dari 3 orang yang sedari tadi ia gambar, hanya 1 orang saja yang gambarnya lengkap. Sementara 2 orang lainnya tak memiliki gambar wajah. Itu pasti gambar anak laki-laki itu bersama kedua orang tuanya.

“hei, bagaimana kalau kita bermain?” ia berdiri dari tempat duduknya dan mencoba mencairkan suasana. Tanpa menunggu persetujuannya lagi, ia langsung menarik tangannya dan mengajaknya berlari, membuat angin dingin berhembus ke seluruh tubuh mereka.

“oh ya, namaku Yu Narukami. Panggil aku Yu saja, ya!” anak laki-laki ceria itu memperkenalkan dirinya, “siapa namamu?”

Dengan wajah memerah, ia menjawab, “Arisato. Minato…Arisato”

“Arisato-kun! Mulai sekarang kita berteman, ya?”

-----

“oh…jadi besok kamu sudah harus pergi, ya?”

“begitulah” Yu melempar bebatuan ke dasar sungai, “orang tuaku selalu tugas dinas luar. Jadi biasanya aku tak bertahan lama di suatu tempat”

Arisato nampak sedih. Padahal akhirnya ia mendapat teman setelah sekian lama berdiam diri di rumah sakit. Tapi sekarang malah…

“tenang saja, Arisato-kun!” suara Yu yang ceria menyadarkan Arisato dari lamunannya, “walau kita terpisah jauh dan tak bisa bermain bersama lagi, kita akan tetap menjadi teman untuk selamanya!”

Yu menyodorkan jari kelingkingnya, “ya?”

Mendengar semua perkataan itu, ia hanya dapat menatap Yu dengan wajah memerah malu. Arisato mengangguk pelan dan mengaitkan jari kelingkingnya ke jari teman pertamanya itu.

7 TAHUN KEMUDIAN…

Bel sekolah SMA Gekkoukan berbunyi keras. Murid-murid berlari cepat meninggalkan lingkungan sekolah. Wajah mereka begitu senang setelah pelajaran yang menjenuhkan itu selesai. Tapi diantara keceriaan anak-anak itu, seorang laki-laki—dengan rambut biru tua dan MP3 terkalung di lehernya—muncul dengan wajah tertekan. Ia tak menyangka semua akan berakhir seperti ini. 2 pilihan yang muncul untuk dirinya, ia harus memilihnya dengan bijak. Jika tidak…

“Aduh!!!”

Lamunannya langsung terganggu begitu mendengar suara rintih kesakitan yang cukup keras. Tak jauh darinya, seorang laki-laki—dengan rambut abu-abu—jatuh terduduk di atas tanah.

“hei, kamu tidak apa-apa” ia menawarkan bantuan kepadanya.

“thanks!” dan disambutnya pertolongan itu dengan baik.

Dibersihkannya debu-debu yang menempel pada bajunya, “cerobohnya aku. Hanya karena batu kecil, aku terjatuh seperti itu. Terima kasih lagi ya sudah menolong” dan cepat, ia melihat lambang sekolah di baju anak laki-laki yang menolongnya tadi. Wajahnya langsung berubah kagum, “oh…kamu dari sekolah Gekkoukan, ya? Sekolah yang terkenal itu?”

“i…iya” jawabnya, pelan.

“hebat! Aku ingin masuk ke sana sih, tapi aku rasa itu tak perlu” ia mengalihkan pandangannya sebentar dan kembali menatap orang di depannya itu, “apa kamu punya masalah?”

Pertanyaannya yang tiba-tiba itu tentu saja membuatnya terkejut. Raut wajahnya menanyakan mengapa ia bisa mengetahuinya.

“yah…ekspresimu gampang ditebak sih!” sambil tertawa, ia berkata, seolah-olah mengerti apa yang hendak laki-laki itu tanyakan, “dan sepertinya…masalahmu itu sangatlah berat, ya?”

Perlahan namun pasti, ia mengangguk pelan. Sangat pelan.

“begitu…” ia menghela napas dan tersenyum kecil, “mungkin aku tak terlalu bisa membantu, tapi ada satu hal yang ingin kukatakan padamu…”

“yakinlah akan dirimu sendiri. Pilihlah apa yang kamu anggap benar”

“hidup ini cuma sekali. Kita tak bisa mengulang apa yang sudah lewat. Yang bisa kita lakukan adalah menjadikan kesalahan di masa lalu itu menjadi pegangan hidup kita di masa kini”

Suasana hening kembali. Ditatapnya anak laki-laki berambut abu-abu itu dengan wajah agak memerah.

“Lagipula kita kan masih kelas 2 SMA. Masih banyak hal yang harus kita lakukan. Benar kan?” senyum lebar menghias wajahnya yang ceria.

“um…aku…” ia berkata, “aku kelas 3 SMA”

“oh, senior ya? Maaf, aku tidak tahu” ia sedikit terkejut dan jadi salah tingkah sendiri. Cepat-cepat ia membungkuk, memita maaf, “tapi…”

“kakak benar-benar mengingatkanku akan teman masa kecilku”

“teman masa kecil?”

“iya” kembali ia menegakkan badannya, “aku bertemu dengannya pertama kali di sebuah rumah sakit. Waktu itu ia terlihat sangat kesepian dan aku jadi kasihan karenanya. Yaah…wajar saja sih kalau dia sedih” diam sebentar, “walau aku bisa menghiburnya saat itu, tapi aku tak bisa menemaninya lebih lama. Karena keesokan harinya aku sudah harus pergi dari kota ini dan pindah ke tempat yang jauh…”

Sesaat mendengarnya, raut wajah anak laki-laki berambut biru itu berubah drastis. Matanya membesar, seakan-akan terkejut dengannya. Apa mungkin…

“tapi setelah sekian lama, akhirnya aku kembali ke sini. Sekarang ini aku sedang berencana untuk mampir ke rumahnya. Semoga saja ia masih ada disana. Ah!” dipandanginya jam tangan yang terkalung rapi di pergelangan tangan kirinya, “benar juga! Aku harus segera mengunjunginya! Terima kasih atas bantuannya” membungkuk sekali, “aku permisi dulu, senior” dan ia pun berlari pergi.

Namun sebelum ia benar-benar pergi, sepatah kata terdengar amat jelas di telinganya.

“terima kasih ya, Yu-kun…”

Langkahnya langsung terhenti. Cepat ia menoleh ke belakang, namun sudah tak ada siapa-siapa lagi disana. Wajahnya yang tadinya riang gembira, kini berubah menjadi sedih.

“ternyata itu memang kau ya, Arisato-kun?”

-----

Angin sepoi-sepoi berhembus pelan. 2 tahun telah berlalu. Walau begitu, papan makam bertuliskan “Minato Arisato” masih terawat dengan rapi. Yu duduk di sebelah makam sambil membersihkan dedaunan yang berguguran.

“hei, Arisato-kun. Aku datang lagi nih”

“bagaimana kabarmu disana? Apa kau baik-baik saja?”

“aku sekarang sudah masuk kuliah lo. Perjuangannya memang berat, tapi aku berhasil masuk kuliah favorit di kota ini”

Diam sebentar, “padahal…kuharap kita bisa satu kuliahan nantinya…”

Suasana begitu sunyi. Wajahnya amat sedih, “apakah ini masalah yang kamu hadapi waktu itu? Apakah benar ini adalah pilihan yang terbaik, Arisato-kun?”

Angin kembali berhembus pelan. Lama ia menatap papan makam itu. Langit berubah warna menjadi oranye, tertanda hari sudah sore. Ia beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan areal pemakaman.

Tapi entah mengapa dan entah bagaimana. Ia terjatuh! Tepat di tengah-tengah jalan raya. Rintihan kesakitan keluar dari mulutnya. Namun ia tak segera beranjak berdiri. Kejadian yang dialaminya barusan, sama seperti kejadian 2 tahun yang lalu. Tak tahu oleh apa, ia jatuh terjerembab di atas tanah. Dan disaat itulah Arisato datang dan berkata…

“hei, kamu tidak apa-apa?”

Dan seperti ada yang menarik tangannya, ia bergerak maju ke depan, membawanya menjauh dari tengah jalan. Bertepatan dengan itu, sebuah truk melaju kencang dan akhirnya menabrak tiang papan jalanan.

Sementara orang-orang berkerumun menolong korban kecelakaan itu, Yu hanya bisa duduk termenung karena kejadian yang begitu cepat tadi.

Apa yang barusan saja terjadi?

Yang ia ingat, tadi ia terjatuh di atas tanah karena sesuatu. Lalu ia mengenang akan masa lalunya saat ia mengalami hal yang sama. Dimana Arisato datang menolong sambil berkata…

“hei, kamu tidak apa-apa?”

Dan disaat itulah, ia mengerti. Ia mengerti apa yang baru saja terjadi. Saat ia masih terjatuh dan terduduk di tengah jalan tadi, ia mendengar sebuah suara. Suara temannya yang sangat berharga. Suara Arisato-kun.

Tak terasa, air matanya mengalir dari pelupuk matanya. Ia menatap langit oranye yang kini nampak lebih indah dari biasanya itu.

“kau memberikanku kesempatan untuk tetap hidup ya…Arisato-kun?”

TAMAT


 

3 komentar:

  1. Fanfic @ Blog.. interesting..

    Don't worry, i'm Indonesian koq.. hehehe :D

    Okay.. karena saya sering membaca fanfic..

    kuberi sedikit masukan..

    - mending bikin efek suara seperti:

    brukk*
    brakk*

    ini lebih keliatan kaya Cerpen =="

    - tokohnya kasih keterangan dong..
    (sekali lagi) lebih mirip cerpen -,-"

    - lebih baik diberi title "cerpen" aja..
    soalnya klo fanfic itu beberapa episode

    BalasHapus